By: Nisa Ulya (06042565)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alkoholisme merupakan salah satu kebiasaan buruk yang sangat merugikan bagi tubuh. Selain dapat mengacaukan kesadaran apabila dikonsumsi berlebih, alkohol juga dapat menyebabkan efek terburuk bagi tubuh antara lain sirosis hati karena peningkatan akumulasi lemak di hati. Sekarang, penderita alkoholic inipun tidak hanya berasal dari golongan laki-laki saja, namun ibu-ibu hamilpun kini juga banyak yang mengonsumsi alkohol. Mereka pada umumnya mengonsumsi alkohol karena kebiasaan dari semenjak remaja yang terbawa sampai mereka akhirnya hamil. Akan tetapi, juga tidak sedikit ibu-ibu hamil yang mengonsumsi alkohol karena stres misalnya stres akibat kehamilannya seperti belum bisanya mereka menerima perubahan-perubahan bentuk tubuhnya karena hamil atau karena konflik internal lain dari dalam diri si ibu..Dalam sebuah studi terhadap hampir 9000 pasien pranatal di Michigan, Piper dkk (1987) melaporkan bahwa pada wanita hamil terdapat 6,7 % mengonsumsi alkohol selama hamil.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa mengonsumsi alkohol selama hamil dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti retardasi mental, defisiensi pertumbuhan, dan sebagainya. Belum ada penjelasan yang menyatakan bahwa mengonsumsi alkohol sebelum hamil baik oleh istri maupun suami dapat meningkatkan reiko keguguran. Akan tetapi, baru-baru ini telah dilakukan penelitian pada 430 pasangan di Denmark, yang berusia sekitar 20-35 tahun, dan berencana untuk hamil untuk pertama kalinya. Selama penelitian tersebut, pada 186 pasangan, terjadi kehamilan, yang mana 55 kehamilan berakhir dengan keguguran spontan dan 131 kehamilan berlangsung dengan baik. Setelah ditelusuri penyebabnya kebanyakan dari mereka meminum alcohol sebelum hamil. Bertolak dari hasil penelitian tersebut, terdapat isu baru bahwa mengonsumsi alcohol sebelum hamil akan meningkatkan resiko keguguran pada hamil nantinya.
Atas dasar itulah saya mengambil judul “ Hindari Alkohol Saat Ingin Hamil” dengan tujuan mencari kebenaran dari isu tersebut dan berusaha memaparkan teori-teori yang mendukung atau membantah isu tersebut.
B. TUJUAN
- Untuk mengetahui sejarah alcohol
- Untuk mengetahui efek biokimia alcohol
- Untuk mengetahui hubungan alcohol dengan nutrisi
- Membahas alkoholisme selama kehamilan
- Membahas hubungan teori dengan kebenaran isu
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SEJARAH ALKOHOL
Alkohol telah lama dikenal, menurut catatan arkeologik minuman beralkohol sudah dikenal sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu (Joewana, 1989). Sampai saat sekarang sudah beragam macam minuman beralkohol yang dikonsumsi manusia. Adapun alkohol yang terkandung dalam minuman keras adalah etanol (CH3CH2 -OH) yang diperoleh dari proses fermentasi (Adiwisastra, 1987; Joewana, 1989; Wilbraham dan Michael, 1992). Etanol didapat dari proses fermentasi biji-bijian, umbi, getah kaktus tertentu, sari buah dan gula yang mengandung malt (Adiwisastra, 1987; Joewana, 1989). Kadar alkohol hasil fermentasi tidak lebih dari 14%, untuk mendapatkan kadar alkohol yang lebih tinggi dibuat melalui proses penyulingan (Joewana, 1989).
Kandungan alkohol pada berbagai minuman keras berbeda-beda, menurut Joewana (1989) kebanyakan bir mengandung 3-5% alkohol, anggur 10-14%, sherry, port, muskatel berkadar alkohol 20%, dry wine 8-14 %, cocktail wine 20-21 % sedangkan wisky, rum, gin, vodka dan brendi berkadar alkohol 40-50%. Ciri-ciri etanol diantaranya, memiliki titik didih 78oC, tekanan uap 44 mmHg pada temperatur 20oC (Dreisbach, 1971), disamping itu etanol merupakan cairan jernih tak berwarna, rasanya pahit, mudah menguap, larut dalam air dalam semua perbandingan dan bersifat hipnotik (Joewana, 1989; Wilbraham dan Michael, 1992).
Dari beberapa sifat alcohol tersebut maka alcohol digunakan untuk beberapa hal yaitu:
1. pelarut
2. antiseptic
3. minuman (Dreisbach, 1971)
4. bahan makanan
5. dalam industri farmasi
6. sebagai bahan bakar (Adiwisastra, 1987)
B. EFEK BIOKIMIA ALKOHOL
Mekanisme kerja etanol sebagai salah satu alkohol yang sederhana dalam jangka waktu lama sebenarnya masih belum pasti. Tidak jelas apakah mobilisasi asam lemak bebas ekstra memainkan peranan tertentu pada penimbunan lemak atau tidak, tetapi beberapa penelitian menunjukkkan adanya peningkatan kadar asam lemak bebas pada tikus setelah pemberian etanol dengan dosis tunggal intoksikasi.
Beberapa efek toksik etanol bagi tubuh antara lain:
1. Etanol akan menekan sistem saraf pusat secara tidak teratur tergantung dari jumlah yang dicerna. Pencernaan dan penyerapan alcohol terjadi setelah alkohol masuk kedalam lambung dan diserap oleh usus halus. Hanya 5-15% yang diekskresikan secara langsung melalui paru-paru, keringat dan urin (Schuckit, 1984; Adiwisastra, 1987).
2. Etanol secara akut akan menimbulkan oedema pada otak serta oedema pada saluran gastrointestinal. Hal ini terjadi karena adanya hipoksia pada metabolisme yang membutuhkan O2.
3. Alcohol dapat meningkatkan kadar laktat dalam darah. Peningkatan laktat dalam darah dapat menekan ekskresi asam urat dalam urin dan menyebabkan peningkatan asam urat dalam plasma (Lieber dkk. 1992 cit. Linder, 1992).
4. konsumsi alcohol dalam jumlah berlebihan dan dalam waktu ang lama dapat menimbulkan sirosis hati. Alkohol mengalami metabolisme diginjal, paru-paru dan otot, tetapi umumnya di hati, kira-kira 7 gram etanol per jam, dimana 1 gram etanol sama dengan 1 ml alkohol 100% (Schuckit, 1984). Awalnya alkohol menyebabkan akumulasi lemak di hati, hiperlipidemia dan akhirnya sirosis.
Sebenarnya sintesis protein di hati tidak terganggu setelah ingesti (mengonsumsi) etanol. Meskipun demikian, konsumsi etanol dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penimbunan asam lemak di hati karena aktivitas oksidasi asam lemak menurun akibat oksidasi etanol didalam sitosol hepatik oleh enzim alkohol dehidrogenase yang menimbulkan produksi NADH yang berlebihan dan akibatnya juga dapat menurunkan aktivitas asam sitrat.
Berikut adalah mekanisme oksidasi etanol yang merugikan bagi tubuh:
Alkohol dehidrogenase
CH3 – CH2 – OH CH3 - CHO
Etanol Asetaldehid
NAD+ NADH + H+
o Efek netto penghambatan oksidasi asam lemak adalah menyebabkan peningkatan esterifikasi asam lemak di dalam triasilgliserol, yang tampaknya menjadi penyebab perlemakan hati.
o Oksidasi etanol menimbulkan pembentukan asetaldehid yang di oksidasi oleh enzim aldehid dehidrogenase yang terutama terdapat di mitokondria, sementara asetat merupakan produk akhir.
MEOS
CH3 – CH2 – OH + NADPH + H+ + O2 CH3 – CHO + NADP + 2H2O
Etanol Asetaldehid
Enzim alkohol dehidrogenase juga terdapat pada mukosa lambung tetapi aktivitasnya 60% lebih rendah pada wanita dibanding pada laki-laki. Peningkatan keberadaan etanol yang terjadi akibat penurunan penggunaan lambung menjadi penyebab tingginya kerentanan wanita terhadap pengaruh konsumsi alkohol. Beberapa kelompok populasi asia dan amerika asli cenderung mengalami reaksi yang merugikan terhadap asetaldehid setelah konsumsi alkohol; keadaan ini disebabkan oleh defek genetik pada enzim aldehid DH-ase mitokondria.
Efek setelah minum dalam jumlah besar:
o Banyak sekali bicara
o Nausea
o Pusing
o Rasa haus
o Rasa lelah
o Disorientasi
o Tekanan darah menurun
o Refeleks melambat
C. ALKOHOL DAN NUTRISI
Sekarang ini, 95 juta penduduk Amerika menambahkan 10 % - 20 % intake kalorinya dari alkohol. Alkohol disebut sebagai ”zat gizi anti zat gizi” karena dapat menghasilkan kaori namun tidak mengandung vitamin dan mineral. Disamping sebagai makanan ”kalori kosong” alkohol juga menghilangkan beberapa zat gizi dari dalam tubuh dan meningkatkan kebutuhan akan zat gizi lainnya.
Tidak seperti zat pembakar lainnya (protein, karbohidrat, dan lemak) alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar hanya oleh sel hati. Secara normal sel hati akan membakar lemak. Bila terdapat alkohol, lemak tidak dibakar untuk meghasilkan energi namun ditimbun dalam hati / dilepaskan dalam darah. Akibatnya meningkatnya lemak dalam sirkulasi yang akan membahayakan tubuh / menimbulkan kerusakan hati.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dan menahun akan mempengaruhi gizi, nutrisi, dan keadaan kesehatan seseorang yaitu:
o meningkatkan tekanan darah, kerusakan otot jantung dan dapat menyebabkan sirosis serta hepatitis alkoholik.
o Resiko kanker mulut, tenggorokan, dan esofagus meningkat serta akan merusak dinding lambung dan gastrointestinal sehingga mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap zat gizi. Inilah yang menyebabkan peminum berat mengalami gangguan gizi walaupun mengonsumsi makanan yang seimbang. Walaupun segelas anggur dapat merangsang aliran darah di lambung dan memperbaiki pencernaan, efek iritasi dari alkohol yang berlebihan akan mengurangi absorpsi zat gizi.
o Konsumsi alkohol juga menyebabkan timbulnya euforia sehingga menurunkan nafsu makan dan keinginan akan makanan.
o Terjadi penurunan kadar gula darah yang dikenal sebagai hipoglikemia. Hal ini terjadi karena metabolisme alkohol membutuhkan vitamin B, terutama tiamin dan niasin. Zat gizi ini juga dibutuhkan oleh sel untuk memetabolisme makanan lain untuk menghasilkan energi. Bila vitamin B telah habis akibat digunakan oleh alkohol, gula yang berasal dari makanan bergula dan kanji tak dapat digunakan secara efisien sehingga terjadi penurunan kadar gula darah. Akibatnya energi di seluruh sel berkurang.
o Pada penyalahgunaan akohol menahun, sel-sel hati tak dapat lagi menggunakan vitamin D karena vitamin D dibutuhkan oleh tulang dan gigi sehat serta untuk pembentukan beberapa hormon, maka beberapa proses tubuh akan terpengaruh oleh kelebihan akohol.
o Mata juga akan dipengaruhi oleh kelebihan alkohol. Sel-sel mata yang secara normal memproses vitamin A untuk penglihatan menjadi sibuk memproses alkohol akibatnya penglihatan pada malam hari menjadi terganggu.
o Salah satu produk metabolisme alkohol akan menghancurkan vitamin B6 akibatnya akan terjadi anemia.
o Alkohol merupakan suatu diuretik dan dapat menyebabkan dehidrasi sel-sel tubuh. Vitamin B, C, Magnesium, kalsium, zinc, kalium, intake asam folat (suatu vitamin B) akan terganggu akibat gangguan absorpsi karena alkohol menghambat metabolisme vitamin. Defisiensi asam folat akan mengakibatkan anemia, letargi, kosentrasi menurun dan kelemahan.
D. ALKOHOLISME SELAMA KEHAMILAN
1. Alkohol sebagai teratogen yang berbahaya
Etil alkohol (etanol) adalah salah satu teratogen yang paling poten. Sebelumnya, ada baiknya kita membahas sedikit tentang teratogen. Teratogen adalah setiap zat (agen) yang bekerja selama masa pekembangan mudigah / janin untuk menimbulkan perubahan bentuk / fungsi yang menetap (Shepard,1998). Teratogen berasal dari bahasa yunani, teratos, yang berarti monster, karena penurunan kata ini mengisyaratkan adanya cacat yang nyata, maka teratogen paling tepat didefinisikan sebagai suatu zat yang menimbulkan kelainan struktural.
Teratogen yang saat ini diketahui adalah zat kimia, virus, agen lingkungan, faktor fisik, dan obat-obatan. Dalam sebuah studi terhadap hampir 9000 pasien pranatal Medicaid di Michigan, Piper dkk (1987) melaporkan bahwa pada wanita yang hamil terdapat mereka yang menggunakan zat teratogen diantaranya 6,7 % mengonsumsi alkohol.
Beberapa pertimbangan umum mengenai kerja zat teratogen seperti alkohol:
1. tingkat perkembangan mudigah menentukan kepekaannya terhadap faktor teratogenik
- Tingkat pradiferensiasi, pada tingkat ini zat teratogen sepeti alkohol dapat merusak seluruh / sebagian besar sel-sel mudigah yang bisa menagkibatkan kematian. Akan tetapi ada juga yang yang hanya merusak sedikit sel seperti pada kasus hipervitaminosis A dan penyinaran.
- Masa mudigah, tingkat ini adalah tingkat diferensiasi efektif. Alkohol yang dikonsumsi ibu pada masa ini akan menghasilkan banyak kelainan.
- Masa janin, mulai terjadi pertumbuhan alat-alat tubuh. Kepekaan terhadap alkohol pada masa ini sanagat tinggi terutama otak kecil, kulit otak besar, dan sebagian susunan kemih.
2. pengaruh faktor teratogenik tergantung genotip
3. zat teratogen bekerja dengan cara khusus pada segi tertentu pertukaran zat sel
Alkohol merupakan zat kimia dengan berat molekul kecil, sehingga dapat dengan mudah diserap tubuh. Selama kehamilan pengkonsumsian minuman beralkohol dapat merusak plasenta sehingga secara langsung mengganggu proses perkembangan embrio. Pengkonsumsian minuman beralkohol oleh ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan berat badan lahir menjadi rendah, karena kurangnya asupan gizi janin selama dalam kandungan. Dampak yang timbul akibat buruknya gizi selama kehamilan tidak dapat digantikan setelah bayi dilahirkan.
Hampir 70 % orang Amerika minum alkohol bervariasi sesuai populasi, tetapi prevalensinya dilaporkan 1-2 % (chasnoff, dkk,1990; Little, dkk, 1989). Efek penyalahgunaan alkohol pada janin telah diketahui paling tidak sejak tahun 1800-an, dan akibatnya yang diperoleh dari data antenatal care (ANC) pertama kali dilaporkan di sebuah jurnal kedokteran pada tahun 1990 oleh Sullivan. Pada tahun 1968 Lemoine, dkk melaporkan spektrum luas cacat janin terkait alkohol yang memuncak menjadi apa yang sekarang dikenal Sindrom Alkohol Janin (Fetal Alcohol Syndrome). Data dari Birth Defects Monitoring Programme, angka sindrom ini dilaporkan meningkat dari 1/10.000 kelahiran pada tahun 1979 menjadi lebih dari 6/10.000 kelahiran pada tahun 1993 (Centers For Disease Control & Prevention, 1995)
Di Amerika Serikat, alkohol adalah salah satu kausa retardasi mental yang paling sering ditemukan, suatu tragedi yang seharusnya dapat dihindari (Hanson,1996). Angka yang terkena biasanya mengalami hiperaktivitas dan iritabilitas persisten pada tahun-tahun pertama. Hal ini diikuti oleh terlambatnya perkembangan, defisiensi pertumbuhan, retardasi mental dengan derajat bervariasi, hiperaktivitas, kurangna koordinasi, wajah yang khas, beberapa ciri yang lain:
- menetapnya fissura palpebra yang pendek
- wajah bagian tengah yang datar
- memiliki postur prapubertas yang pendek dan langsing khas untuk anak laki-laki dengan sindrom alkohol janin
- cacat jantung dan sendi bawaan juga sering dijumpai, hal ini terjadi karena kegagalan pertumbuhan dan perkembangan dan iritabilitas persisten pada tahun-tahun awal kehidupannya.
- Hidung bengkok dan pendek
- Tulang rahang bagian atas ke atas
- Mata tampak berbeda
- Gangguan masalah perilaku, gangguan bicara, dan fungsi motorik halus
- Intelegensi yang rendah. Pada satu kajian terhadap anak-anak SAJ berusia 7 tahun 45 % yang bertahan hidup IQ nya berada dibawah 80.
- Mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi peminum berat bila telah dewasa.
2. Dosis aman alkohol
Dosis ambang yang aman mengonsumsi alkohol selama kehamilan belum pernah diketahui. Wanita yang berisiko tinggi memiliki anak yang cacat adalah mereka yang secara kronis mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan mereka melakukan pesta minuman keras (mabuk-mabukan = birge drinking). Cedera janin dapat terjadi akibat konsumsi 1 – 2 gelas per hari, efek pesta minuman keras mungkin tersamar akibat dihitungnya konsumsi minuman beralkohol setiap hari.
Jacobson dkk (1993) melaporkan bahwa ambang untuk terjadinya efek adalah 0,5 oz alkohol absolut per hari yaitu 80 % dari janin yang mengalami gangguan fungsional lahir dari wanita ang minumlebih dari 5 gelas per kali minum-minum, yang dilakukan beberapa kali seminggu.
Dengan demikian efek alkohol tampaknya bifasik, dengan respons dosis linier dijumpai hanya setelah suatu ambang nenam gelas per kali minum-minum tercapai (Abel,1999). Wanita pecandu alkohol yang minum 8 gelas / lebih setiap hari selama kehamilannya memiliki resiko 300-50 % melahirkan anak dengan gambaran sindrom alkohol.
Penghentian konsumsi alkohol secara dini dapat mrnghilangkan sebagian efek, Autti-Ramo tidak menemukan kelainana perkembangan bahasa / mental pada anak yang terpajan alkohol dalam jumlah besar hanya pada trimester I. Pajan alkohol pranatal juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan, misalnya perdarahan intravertikal dan kerusakan substansia alba otak pada neonatus preterm (Holzman dkk,1995).
Sindrom alkohol janin tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. Parsutte (1996) melaporkan tidak adanya korelasi antara pemakaian alkohol dengan ukuran-ukuran biometris wajah dan intrakranial secara USG pada 167 wanita berisisko tinggi. Walaupun cacat jantung dan sumbing bibir dapat didiagnosis secara sonografis, kegagalan mendeteksi cacat organ mayor tidak menyingkirkan adanya efek alkohol yang lain pada janin.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Alkohol bagi istri / ibu
Keguguran mungkin salah satu momok yang ditakuti oleh pasangan ang tengah menantikan hadirnya sang buah hati. Mengapa keguguran itu dapat terjadi tentu saja dipengaruhi oleh kondisi ibu. Seperti yang ditulis pada sumber (dilampirkan di bagian belakang), pengaruh istri / perempuan merupakan faktor utama dalam kegagalan kehamilan (keguguran). Beberapa penyebab keguguran itu adalah:
- Hormon ibu yang tidak seimbang
- Plasenta tidak tertanam dengan baik karena riwayat kehamilan terdahulu terdapat banyak jaringan parut dan ikat tempat implantasi plasenta
- infeksi viru seperti toxoplasmosis
- rahim berkontraksi pada saat coitus
- zat-zat teratogen selama kehamilan seperti merokok, konsumsi alkohol selama hamil, dan konsumsi obat-obatan dalam jumlah besar.
Beberapa penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penyebab keguguran justru sudah ada sebelum ibu itu hamil yaitu mengosumsi alkohol sebelum hamil akan meningkatkan resiko keguguran. Akan tetapi, menurut data, alkohol yang diminum sebelum kehamilan tidak berpengaruh sama sekali pada janin lantaran akan dikeluarkan dari tubuh sehari kemudian. Hal ini adalah anggapan yang keliru, karena menurut teori kimia, alcohol yang dikonsumsi, oleh tubuh dioksidasi dalam mitokondria terutama oleh mitokondria sel-sel hepatic, yang mengakibatkan terjadinya penurunan oksidasi asam lemak dan akibatnya asam lemak menumpuk di hati menimbulkan perlemakan hati.
Oleh karena itulah, penulis berpendapat isu yang penulis angkat adalah benar. Apabila alcohol yang dikonsumsi ibu sebelum kehamilan masih dalam batas sangat sedikit, dan si ibu bukanlah seorang yang kecanduan, mungkin alcohol yang diminum sebelum kehamilan itu tidak berpengaruh pada kehamilan nantinya seperti yang dimaksud oleh data yang penulis paparkan diatas. Akan tetapi, bagi ibu yang memiliki kebiasaan minum tentu akan sangat mempengaruhi kondisi kehamilan nantinya.
Wanita yang mengkonsumsi 10 minuman atau lebih beralkohol perminggu pada saat pembuahan, berisiko tiga kali lebih besar kemungkinan untuk mengalami keguguran dibanding dengan yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini sangat beralasan, karena pada wanita, alkohol dapat menyebabkan haid menjadi tidak teratur, penyusutan payudara dan alat kelamin. Hal ini juga bisa mengganggu keseimbangan hormone pada ibu yang pada akhirnya juga menimbulkan keguguran ketika hamil nantinya.
Selain itu, kelainan kromosom yang baru-baru ini juga dikatakan sebagai penyebab keguguran sangat berhubungan dengan pengonsumsian alcohol oleh ibu sebelum hamil. Konsumsi alcohol yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan kromosom karena alcohol merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat mutagen yang dapat mengubah bentuk dan susunan kromosom. Kelainan kromosom ini bisa saja terjadi pada kromosom sel telur sehingga kromosom janin juga mengalami kelainan dan akhirnya meningkatkan resiko keguguran.
Seperti yang sudah dijelaskan di muka, pengkonsumsian minuman beralkohol juga memiliki dampak terganggunya gizi ibu karena terjadi gangguan absorpsi zat gizi yang terjadi karena iritasi dinding lambung dan gastrointestinal sehingga mengakibatkan penurunan berat badan ibu dan kurang gizi walaupun sang ibu telah makan makanan dengan gizi seimbang.. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kondisi ibu bila ia hamil, karena malnutrisi cendrung mengarah pada anemia, yang bisa menyebabkan pertumbuhan janin terganggu dan keguguranpun terjadi.
Selain itu, alcohol juga bisa menghancurkan vitamin B6, seperti yang kita ketahui vitamin ini digunakan tubuh untuk merombak dan pembentukan sel darah merah. Apabila vitamin B6 ini sudah berkurang kadarnya, maka si ibu telah menderita anemia selama hamil dan akan bertambah parah jika ia hamil. Imbas terburuknya adalah pada janin nantinya karena akan mengganggu pertumbuhan janin.
B. Alkohol bagi suami / ayah
Mengkonsumsi minuman beralkohol pada pria dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada testis dan hipotalamus, yang pada akhirnya akan megurangi produksi testosteron dan terjadinya feminisasi.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang menyatakan bahwa pria yang mengkonsumsi 10 minuman atau lebih beralkohol perminggu saat konsepsi, maka istrinya akan berisiko
Keseimbangan hormone juga mengalami gangguan apabila sang ayah terbiasa minum, dan akibat terburuk adalah infertilitas karena kelainan sperma dan produksi testosterone yang terus menurun. Jadi, selain dapat menimbulkan keguguran, mengonsumsi alcohol sebelum isteri hamil bisa meningkatkan resiko kemandulan. Oleh karena itu, hal ini harus dihindari bagi pasangan-pasangan muda yang mendambakan buah hati.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penyebab keguguran justru sudah ada sebelum ibu itu hamil yaitu mengonsumsi alkohol sebelum hamil akan meningkatkan resiko keguguran. Pengkonsumsian minuman alkohol baik pria maupun wanita akan menimbulkan dampak yang buruk. Mengkonsumsi minuman beralkohol pada pria dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada testis dan hipotalamus, yang pada akhirnya akan megurangi produksi testosteron dan terjadinya feminisasi. Pada wanita, alkohol dapat menyebabkan haid menjadi tidak teratur, penyusutan payudara dan alat kelamin. Hal ini juga bisa mengganggu keseimbangan hormone pada ibu yang pada akhirnya juga menimbulkan keguguran ketika hamil nantinya.
Kelainan kromosom merupakan akibat yang dapat ditimbulkan baik oleh ibu dan ayah karena alcohol merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat mutagen. Kelainan kromosom ini seperti kelainan kromosom pada sel telur dan sel sperma yang dapat meningkatkan resiko keguguran.
Namun adakalanya dampak yang ditimbulkan minuman beralkohol tidak terlihat langsung, tetapi bukan berarti alkohol tersebut aman terhadap kehamilan dan janin. Hal ini terjadi mungkin karena alcohol yang dikonsumsi masih dalam batas yang sangat sedikit dan dapat dikeluarkan oleh tubuh melalui urine dan keringat.
B. SARAN
Sesuai judul yang penulis angkat, maka penulis menyarankan kepada setiap pasangan muda untuk menghindari alcohol apabila ingin hamil karena isu yang penulis angkat itu adalah benar, yaitu mengonsumsi alcohol sebelum hamil dapat meningkatkan resiko keguguran pada hamil nantinya dan meningkatkan resiko kemandulan. Bertolak dari anggapan orang sebelumnya yang menyatakan bahwa konsumsi alcohol saat tidak hamil tidak berpengaruh pada janin bila sang ibu hamil, penulis menyarankan untuk kembali berpikir apakah mungkin suatu zat seperti alcohol tidak memberikan dampak apa-apa bagi tubuh dan kehamilan nantinya, padahal berdasarkan teori, begitu banyak efek toksik alcohol bagi tubuh dan kehamilan seperti yang sudah diketahui adalah SAJ (Sindrom Alkohol Janin) yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Pada waktu anda sadar bahwa anda sedang hamil, anda mungkin telah hamil 8 atau 10 minggu lamanya. Janin yang sedang berkembang mengalami tahap-tahap ang paling penting dalam 12 minggu pertama kehamilan. Hentikan menggunakan setiap zat yang tidak anda butuhkan sedikitnya 3 bulan mencoba menjadi hamil.
0 komentar:
Posting Komentar