BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, Rustam. 1998)
Menurut tua (umur) kehamilan, persalinan dapat berlangsung pada usia kehamilan kurang bulan (Preterm). Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. (Prawirohardjo, Sarwono. 2005)
Resiko persalinan preterm adalah tingginya angka kematian, disamping dapat terjadi pertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang menguntungkan sehingga dapat menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Dengan demikian kelahiran preterm yang mempunyai resiko tinggi diupayakan dapat dikurangi sehingga angka kematian perinatal dapat diturunkan.
Salah satu penyebab terbesar terjadinya persalinan preterm ini adalah Ketuban Pecah Dini (KPD). Ketuban Pecah Dini atau spontaneous/early/premature ruptured of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)
Ketuban Pecah Dini merupakan penyebab terbesar persalinan premetur dengan berbagai akibatnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko terjadimya KPD dan persalinan preterm, serta untuk menekan kematian perinatal maka diperlukan asuhan kebidanan yang intensif. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengangkat kasus ibu hamil dengan KPD dan persalinan preterm ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh berbagai pihak.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1.2.1 Pengertian KPD dan persalinan Preterm
1.2.2 Etiologi
1.2.3 Patogenesis
1.2.4 Pengaruh
1.2.5 Prognosis
1.2.6 Diagnosa
1.2.7 Penanganan
1.2.8 Pimpinan persalinan
1.2.9 Komplikasi
1.2.10 Kasus KPD dan Persalinan preterm
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.3.1 Mengetahui Pengertian Ketuban Pecah Dini dan persalinan preterm, etiologi, Patogenesis, pengaruh, diagnosa, pimpinan persalinan, komplikasi, asuhan yang diberikan dalam persalinan, serta penanganan kasus persalinan dengan KPD dan persalinan preterm di RS Dr. M. Djamil Padang
1.3.2 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan dapat melakukan pengumpulan data, interpretasi data, menentukan masalah potensial, tindakan segera, melakukan perencanaan, melakukan pelaksanaan asuhan sesuai rencana asuhan, dan mengevaluasi asuhan yang telah diberikan kepada pasien.
1.3.3 Memenuhi tugas di Kamar Bersalin RS Dr. M. Djamil Padang
.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KETUBAN PECAH DINI
2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature ruptured of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998)
Sedangkan waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten).
2.2 Etiologi
Penyebab dari PROM masih belum jelas., maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Beberapa faktor penyebab terjadinya KPD adalah :
Ø Serviks inkompeten
Ø Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
Ø Kelainan letak janin dalam rahim seperti pada Let-su dan Let-li
Ø Kemungkinan panggul sempit seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sevalopelvik disproporsi
Ø Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Ø Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolotik sehingga memudahkan ketuban pecah
Ø Nutrisi buruk
Ø Status Sosial ekonomi lemah
Ø Pertumbuhan berat badan maternal buruk
Ø Berat badan prakehamilan kurang dari 45 kg
Ø Zat kimia yang teratogen
Ø Kelainan kromosom seperti trisomi
Ø Infeksi virus/bakteri pada meternal
Ø Abnormalitas genetik
Ø Kehamilan ganda
Ø Riwayat kehamilan IUGR terdahulu
Ø Ibu yang merokok/menggunakan narkotika/peminum alkohol
Ø Penyakit pada ibu anemia, DM, preeklampsia, penyakit jantung, penyakit vaskuler
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
· Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
· Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban
2.3 Patogenesis
TAYLOR dkk. Telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
o Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapa bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
o Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
o Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
o Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, cerviks inkompeten, dan lain-lain.
o Ketuban pecah dini artifisial(amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten (LP=Lag period). Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya., yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam.
2.4 Pengaruh
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
Hal ini akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
2.5 Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
2.6 Diagnosa
- TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan
- Peningkatan Berat badan ibu kurang/ tidak ada
- Pada pemeriksaan USG lakukan pengukuran biparietal,panjang paha janin, lingkaran abdomen
- Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila telah terinfeksi bau
- Inspekulo : dilihat apakah ada air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah
- Gunakan kertas lakmus
- Pemeriksaan pH forniks posterior. Pada KPD, pH adalah basa
- Pemeriksaan hispatologi air ketuban
- Aborization dan sitologi air ketuban
2.7 Penanganan
- Rawat di Rumah Sakit
- Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
- Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika
- Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <>
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin , yaitu ampisilin 4x500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari
- Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin, yaitu betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau deksametason6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam
- Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
- Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm
· Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu :
- Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi streptokoccus grup B yaitu ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Dan jika tidak ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika
- Nilai serviks
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio caesarea
2.8 Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalaksanaan untuk PROM sebagai berikut :
- Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
- Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif.
Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa :
- Partus spontan
- Ekstraksi vakum
- Ekstraksi forsep
- Embriotomi bila anak sudah meninggal
- Seksio caesarea bila ada mindikasi obstetrik
2.9 Komplikasi
Ø Pada anak
§ IUFD dan IPFD
§ Asfiksia
§ Prematuritas
Ø Pada ibu
§ Partus lama dan infeksi
§ Atonia uteri
§ Perdarahan post partum
§ Infeksi nifas
PERSALINAN PRETERM
2.1 Pengertian
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. (Prawirohardjo, Sarwono. 2005)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 28-37 minggu, dengan berat badan lahir 1000-2500 gram. (Mochtar, Rustam. 1998)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram. (Manuaba, Ida Bagus Gde.1998)
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi persalinan preterm sering kali tidak diketahui. Namun, faktor etiologi yang dikemukakan adalah :
· Kausa ignota
· Toksemia gravidarum
· Multiparitas
· Perdarahan antepertum
· Kelainan serviks
· Komplikasi dari penyakit seperti sifilis, dekompensasi kordis, rematik, penyakit-penyakit ginjal, mioma uteri
· Kelainan kongenital
· Ketuban pecah dini
· Rh faktor
· Hidramnion, gemeli
Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan sehingga terjadi persalinan preterm.
1) Kondisi yang menimbulkan partus preterm
a. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
b. Perkembangan janin terhambat
Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
c. Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu 11%.
d. Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
e. Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.
f. Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan.
2) Kondisi yang menimbulkan kontraksi
a. Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada.
b. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti : serviks inkompeten, hidramnion, kahamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain.
c. Serviks inkompeten
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
d. Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kahamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.
3) Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Fetus
a. Faktor ovum sendiri
Sebagai contoh BB bayi laki-laki lebih besar dari bayi perempuan, misalnya pada gamelli
b. Faktor ibu
Yaitu fisikal habitus (bentuk badan), misalnya BB bayi pada ibu yang besar dan ibu yang kecil, serta kesehatan ibu sewaktu hamil, misalnya pada ibu dengan diabetes meka BB bayi besar, bila ibu dengan hipertensi maka BB bayi rendah.
c. Faktor lain
Seperti tempat tali pusat pada plasenta dan derajat infark plasenta.
d. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan janin intra uterin, yaitu keadaan gizi ibu terutama, kekurangan lemak dan protein yang lama, dan ibu yang merokok atau tidak.
4) Faktor yang mempengaruhi Lamanya kehamilan
a. Susunan syaraf otonom
Penerimaan rangsang dari korpus uteri terhadap ans pada tiap wanita berbeda-beda
b. Perangsangan mekanik
Makin besar uterus diregang, makin banyak kesempatan uterus untuk berkontraksi
c. Derajat dimana korpus uteri menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan sewaktu hamil
§ Derajat perkembangan dan pertumbuhan uterus
§ Derajat dari harmonal block (progesteron, kerjanya dengan memblokir perjalanan rangsang dari otot-otot uterus)
d. Faktor serviks
Inkompeten serviks, laserasi serviks, stenosis serviks, jaringan parut serviks.
2.3 Pencegahan
- Pemeriksaan Antenatal yang berkualitas untuk menurunkan kejadian BBLR
- Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau BBLR
- Mengusahakan makan lebih baik pada masa hamil agar menghindarkan kekurangan gizi dan anemia
- Menghindarkan kerja berat selama hamil
- Jangan kawin terlalu muda dan terlalu tua (idealnya 20-30 tahun)
- Perbaiki keadaan sosial ekonomi
- Cegah infeksi saluran kencing
- Memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
- Perbaiki kesalahan-kesalahan lokal seperti laserasi serviks dengan Emmet’s operation atau Sirodkar operation
2.4 Pimpinan Partus
Ø Sewaktu partus jangan diberikan narkosa morfin dan sedativa kalau tidak perlu atau tidak ada indikasi
Ø Pada ketuban pecah dini, berikan antibiotika yang cukup, ibu dirawat inap, dan tunggu sampai anak cukup besar, serta jangan koitus terlebih dahulu.
Ø Jangan terlalu banyak trauma pada anak sewaktu menolong partus. Kalau perlu segera lakukan episiotomi sewaktu kepala anak nampak di vulva. Tali pusat baru di klem setelah pulsasi negatif
Ø Bisa pula dipakai obat-obatan relaxin, releasin, dactil, dibulin dan infus alkohol 10%yang gunanya memberikan relaksasi pada serviks, kemasan progesteron (gestanon, duphaston) dan obat-obat lainnya.
Cairan yang keluar dari jalan lahir dapat berupa :
ü Hidrorea amniotika
Yaitu keluarnya atau pecahnya selaput ketuban dan keluarnya air ketuban
ü Hidrorea palsu
Keluar air ketuban palsu, ketuban pelum pecah
ü Hidrorea hemoragika
Keluar air ketuban dan darah, misalnya pada solusio plasenta dan plasenta previa
ü Hidrorea alba
Fluor albus atau keputihan
2.5 Tindakan Konservatif
- Istirahat-Isolasi di tempat pelayanan kesehatan
- Perbaikan sosial ekonomi
- Konsultasi dengan dokter
- Pengobatan penyakit
- ANC yang teratur dan berkualitas sampai kehamilan aterm
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “Y G2P1A0H1 GRAVID 27-28 MINGGU DENGAN KPD DAN PERSALINAN PRETERM
DI KAMAR BERSALIN RS Dr. M.DJAMIL PADANG
TGL 29-30 OCTOBER 2008
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/ BIODATA
Nama Ibu : Ny “Y”
Umur : 28 tahun
Suku/bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat rumah : Gn. Pangilun kec. Nanggalo, kodya Padang
Telp. Rumah : -
No. MR : 614476
Nama suami : Tn “A”
Umur : 37 tahun
Suku/ bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Kuli
Alamat rumah : Gn. Pangilun kec. Nanggalo, kodya Padang
Telp. Rumah : -
B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk tanggal : 29 Oktober 2008
Pukul : 23.45 WIB
1. Alasan datang berkunjung : Ibu mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari, keluar air dari kemaluan sejak 5 jam yang lalu dan keluar darah sejak 8 jam yang lalu
2. Perasaan : Ibu merasa cemas
3. Tanda-tanda persalinan
a) Kontraksi :
b) Frekwensi : Sering, 3-4 x dalam 10 menit
c) Lamanya : ± 40 detik
d) Kekuatan : Kuat
4. Pengeluaran pervaginam
a) Darah lendir :
b) Air ketuban :
c) Darah :
5. Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT : 14 April 2008
b) TP : 21 Januari 2009
c) Lamanya : 5-7 hari
d) Siklus : 1 x 1 bulan
e) ANC : Teratur
f) Frekwensi : 4 kali selama hamil
6. Riwayat iminusasi : Tidak Ada
7. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : sering, ± 20x sehari
8. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No | TGl | Usia | Jenis | Tempat | Penolong | Komplikasi | Bayi | Nifas | |||
Lahir | Kehamilan | Persalinan | Persalinan | Ibu | Anak | Jenis | PB/BB | Lochea | laktasi | ||
1 | 2001 | cukup | Spontan | BPS | Bidan | Tidak | Tidak | ♂ | 3100 gr/ | tidak ada | Tidak ada |
| | Bulan | | | | ada | ada | | 48 cm | kelainan | kelainan |
2 | Ini | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | |
9. Makan dan minum terakhir
a) Pukul : Pukul 18.00 WIB
b) Jenis makanan : sepotong roti + air putih 1 gelas
10 . BAK terakhir : Pukul 18.30 WIB
11. BAB terakhir : Pukul 08.30 WIB,
12. Tidur malam : + 5 jam
13. Psikologis : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda Vital
a) Tekanan darah : 120/70 mmHg
b) Nadi : 80 x/ mnt
c) Pernafasan : 20 x/ mnt
d) Suhu : 37,5 ˚C
4. Inspeksi
a)Kepala : Bersih, tidak ada ketombe
b) Muka
· Kelopak mata : Tidak ada oedema
· Konjungtiva : Tidak pucat.
· Sclera : Tidak ikterik.
c)Mulut dan gigi
· Caries : Tidak ada
· Stomatitis : Tidak ada
d) Leher
· Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
· Kelenjer limfe : Tidak ada pembesaran.
e)Dada
Mamae
· Pembesaran : Membesar
· Puting susu : Menonjol
· Benjolan/tumor : Tidak ada
· Pengeluaran : Kolostrum (-)
Abdomen
· Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan.
· Striae : Terdapat strie albicans
· Bekas luka operasi : Tidak ada.
· Gerakan janin : Terlihat.(+)
f) Genitalia
Vulva dan vagina
· Warna : Merah kebiruan.
· Luka : Tidak ada
· Varices : Tidak ada
· Oedema : Tidak ada
Perineum : sikatrik
Anus : Tidak ada haemorroid.
Pengeluaran pervaginam : Air ketuban.dan darah
g)Ekstremitas
Atas
· Oedema : Tidak ada.
· Varices : Tidak ada.
· Pergerakan : Aktif
Bawah
· Oedema : Tidak ada.
· Varices : Tidak ada.
· Pergerakan : Aktif
5. Palpasi
a) Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat
Teraba lunak, tidak melenting, kemungkinan bokong janin
b) Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba panjang, memapan, kemungkinan punggung janin dan pada bagian kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan ekstremitas janin.
c) Leopold III : pada sebelah bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting, kemungkinan kepala janin. Kepala masih bisa digoyangkan / belum masuk PAP
d) Leopold IV : Tidak dilakukan
e) Mc. Donald : 27 cm
f) TBBJ : (27-13) x 155 cm =2170 gram
g) HIS
· Frekwensi : 3-4 x/10 mnt
· Durasi : 40 detik.
· Intensitas : kuat
6. Auskultasi
a) DDJ : (+)
b) Frekwensi : 160 x/mnt
c) Irama : Teratur
d) Intensitas : Kuat
7. Pemeriksaan dalam
a) Pembukaan : 4-5 cm
b) Penipisan porsio : 50 %
c) Konsistensi porsio : lunak
d) Ketuban : (-)
e) Presentasi : kepala
6. Perkusi
a) Refleks patella kanan : (+)
b) Refleks patella kiri : (+)
7. Pemeriksaan laboratorium
Haemoglobin : 10,9 gr%
Hematokrit : 32%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pembinaan dengan melakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “Y” G2P1A0H1 penulis dapat mengembangkan pola pikir dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus KPD dan persalinan preterm
· Melaksanakan pengkajian dan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi secara benar diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada ibu bersalin
· Melaksanakan asuhan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan pada ibu bersalin
· Melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman pada ibu bersalin
· Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin
4.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan diharapkan mahasiswa lebih berperan aktif dalam melakukan pembinaan kasus. Sehingga asuhan yang diberikan dapat diterapkan sesuai dengan teori yang didapat di institusi pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar